Museum Fatahillah Kota Tua: Jelajah Jakarta Tempo Dulu

Ada sensasi aneh waktu pertama kali saya melangkah masuk ke halaman Museum Fatahillah di Kota Tua Jakarta. Angin sore Jakarta bertiup lembut, lantai-lantai batu tua berderit pelan di bawah sepatu saya, dan di sekeliling, bangunan kolonial tinggi menjulang, membisikkan cerita masa lalu.

Sebelumnya, saya mengira museum ini hanya akan berisi benda-benda usang yang membosankan. Tapi begitu saya mulai berkeliling, membaca keterangan, memandangi artefak dan ruang-ruang bersejarah, saya sadar—Museum Fatahillah adalah portal hidup ke Jakarta masa lalu.

Dan percaya deh, kunjungan ke sini bikin saya merasa kayak menjelajah waktu.

Sejarah Singkat Museum Fatahillah

Museum Fatahillah

Museum Fatahillah, atau yang dikenal juga sebagai Museum Sejarah Jakarta, dulunya adalah Balai Kota Batavia. Dibangun oleh Belanda pada tahun 1707–1710 di bawah Gubernur Jenderal Joan van Hoorn.

Fungsi awal gedung ini:

  • Balai kota

  • Kantor administrasi

  • Pengadilan

  • Penjara bawah tanah untuk tahanan

Bayangin, dulu di ruangan-ruangan yang sekarang kita pakai buat foto-foto atau belajar sejarah, dulu terjadi sidang, keputusan hukuman, bahkan eksekusi.

Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung ini sempat difungsikan untuk berbagai keperluan, hingga akhirnya pada 30 Maret 1974, resmi dibuka sebagai Museum Sejarah Jakarta.

Arsitektur dan Tata Ruang Museum Fatahillah

Begitu menginjakkan kaki di halaman depannya, langsung terasa banget aura kolonial Eropa klasik:

  • Fasad putih dengan pilar-pilar kokoh

  • Jendela kayu besar berjajar rapi

  • Lantai bata merah di halaman

  • Atap genteng tinggi untuk sirkulasi udara

Bagian dalam museum terdiri dari:

  • Ruang sidang utama: ruangan besar dengan meja panjang dan kursi antik

  • Penjara bawah tanah: lorong sempit dan gelap dengan rantai-rantai besi

  • Ruang pameran: koleksi benda peninggalan masa kolonial dan kerajaan nusantara

  • Taman dalam: area terbuka kecil di tengah bangunan

Semua ruangan dibiarkan mempertahankan nuansa aslinya, sehingga saat masuk ke dalam, kita seperti masuk ke dunia dari 300 tahun lalu.

Koleksi-koleksi Menarik di Museum Fatahillah

Waktu saya berkeliling, beberapa koleksi ini benar-benar menarik perhatian:

1. Meriam Si Jagur

Meriam besar berornamen tangan mengepal yang konon punya makna kesuburan. Banyak orang percaya menyentuh Si Jagur bisa membawa keberuntungan.

2. Patung Hermes

Dulunya patung ini berdiri di tengah kota Batavia. Kini dipajang di dalam museum sebagai saksi bisu perjalanan kota Jakarta.

3. Kursi dan Meja Sidang Belanda

Bayangin, meja dan kursi ini dipakai untuk memutuskan nasib banyak orang di zaman kolonial. Sentuhan kayu tuanya terasa penuh cerita.

4. Benda-benda Prasejarah Jakarta

Ada juga koleksi batu prasasti, alat batu, gerabah, dan berbagai peninggalan masa pra-kolonial yang menunjukkan betapa panjangnya perjalanan sejarah kota ini.

5. Lukisan dan Sketsa Kota Batavia

Melihat lukisan-lukisan tua ini, saya bisa membayangkan suasana Batavia di masa lalu: kanal-kanal, pasar, benteng, dan kapal dagang dari seluruh dunia.

Penjara Bawah Tanah: Sisi Gelap Sejarah Batavia

Salah satu bagian yang paling membuat merinding adalah penjara bawah tanah. Tangga batu kecil membawa saya turun ke ruang gelap dengan langit-langit rendah dan udara lembap.

Di sini, para tahanan dulu:

  • Dirantai di dinding batu

  • Hidup dalam kegelapan

  • Berdesakan dalam ruang kecil tanpa sirkulasi yang layak

Banyak tahanan akhirnya meninggal karena kondisi ini sebelum sempat diadili.

Berada di sana membuat saya merenung dalam-dalam, betapa kerasnya kehidupan masa kolonial, dan betapa pentingnya kita menghargai kebebasan hari ini.

Kegiatan dan Event Menarik di Museum Fatahillah

Selain pameran tetap, Museum Fatahillah juga rutin mengadakan:

  • Tur edukasi untuk pelajar dan umum

  • Workshop sejarah dan budaya

  • Pameran temporer tentang topik tertentu (seperti sejarah fotografi, Batavia dalam kartun, dll)

  • Pertunjukan seni di halaman museum

Kadang-kadang ada juga pertunjukan seni tradisional Betawi di depan museum, menambah suasana hidup Kota Tua.

Kalau mau dapat pengalaman maksimal, coba datang saat ada event-event ini.

Tiket Masuk dan Jam Operasional

Kalau kamu tertarik berkunjung:

  • Tiket masuk:

    • Dewasa: Rp5.000

    • Mahasiswa: Rp3.000

    • Anak-anak: Rp2.000

  • Jam buka:

    • Selasa–Minggu: 09.00–15.00 WIB

    • Senin dan hari libur nasional: Tutup

Harga tiket super terjangkau, apalagi mengingat pengalaman sejarah dan travel budaya yang kamu dapatkan.

Tips Berkunjung ke Museum Fatahillah

Dari pengalaman saya, beberapa tips ini bisa membantu:

  • Datang pagi supaya suasana belum terlalu ramai

  • Bawa air minum sendiri, terutama kalau berencana keliling area Kota Tua

  • Kenakan pakaian nyaman karena cuaca Jakarta cukup panas

  • Siapkan kamera atau HP untuk foto-foto, tapi hormati aturan dilarang memotret di beberapa ruangan

  • Sempatkan mampir ke taman depan museum buat menikmati suasana Kota Tua yang hidup

Kalau mau, kamu bisa juga sewa sepeda ontel di alun-alun depan museum dan keliling Kota Tua bergaya zaman dulu.

Koneksi Museum Fatahillah dengan Sejarah Jakarta

Museum ini bukan sekadar koleksi benda antik. Ia adalah saksi hidup evolusi Jakarta:

  • Dari pelabuhan kecil Sunda Kelapa

  • Menjadi Batavia, pusat perdagangan VOC

  • Menjadi Jakarta, ibu kota Indonesia modern

Melihat perkembangan ini lewat artefak dan foto-foto lama, saya merasa seperti “berjalan bersama waktu”.

Setiap sudut museum ini memuat lapisan sejarah—cerita kejayaan, kolonisasi, perjuangan, hingga kebangkitan bangsa.

Wisata Sekitar Museum Fatahillah

Setelah puas keliling museum, jangan langsung pulang! Di sekitar Museum Fatahillah ada banyak spot menarik:

  • Museum Wayang: Koleksi wayang dari seluruh Indonesia

  • Museum Seni Rupa dan Keramik: Pameran lukisan dan keramik antik

  • Cafe Batavia: Kafe legendaris dengan interior kolonial klasik

  • Pelabuhan Sunda Kelapa: Sisa kejayaan pelabuhan dagang zaman dahulu

  • Jembatan Kota Intan: Jembatan gantung kuno khas Belanda

Satu hari saja rasanya kurang untuk mengeksplor seluruh kawasan Kota Tua.

Pengalaman Pribadi: Mengunjungi Museum di Hari Ulang Tahun Jakarta

Suatu kali, saya berkunjung ke Museum Fatahillah saat perayaan HUT Jakarta. Kota Tua dipenuhi suasana pesta: ada parade kostum Betawi, musik jalanan, dan pameran makanan tradisional.

Museum Fatahillah mengadakan pameran khusus tentang perkembangan Jakarta dari zaman prasejarah sampai era digital. Ruang-ruang museum penuh dengan anak-anak sekolah, turis, dan warga Jakarta yang ingin mengenang sejarah kotanya.

Di tengah keramaian itu, berdiri di ruang sidang tua, saya merasa terhubung dengan ribuan jiwa yang pernah hidup, berjuang, dan membangun Jakarta.

Sungguh pengalaman yang bikin hati menghangat.

Kenapa Harus Mengunjungi Museum Fatahillah?

Kalau kamu:

  • Penasaran dengan sejarah Jakarta

  • Ingin melihat bangunan kolonial otentik

  • Mau merasakan suasana Kota Tua yang unik

  • Suka hunting foto estetik berarsitektur vintage

Museum Fatahillah wajib masuk ke itinerary kamu.
Ini bukan sekadar wisata, tapi perjalanan ke akar identitas kita sebagai orang Indonesia.

Penutup: Museum Fatahillah, Pintu Menuju Jakarta yang Lain

Dalam hiruk-pikuk modernitas Jakarta, Museum Fatahillah berdiri tenang, membawa kita kembali ke masa ketika kota ini masih bernama Batavia.

Mengunjungi museum ini bukan cuma soal belajar sejarah dari buku atau pameran. Ini soal merasakan denyut masa lalu, memahami perjalanan bangsa, dan mungkin, menemukan rasa bangga baru terhadap kota yang kita tinggali.

Jadi, kalau kamu ingin melihat Jakarta dari sudut pandang berbeda, lebih dalam, lebih emosional—berjalanlah ke halaman batu tua itu, buka pintu kayunya, dan biarkan sejarah menyapamu.

Pemandangan indah tarian tradisional khas pulau Dewata: Tari Kecak Uluwatu: Tarian Ikonik dengan Latar Laut

Author