JAKARTA, incatravel.co.id – Desa Bena, yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan salah satu perkampungan megalitikum yang masih lestari hingga saat ini. Diperkirakan telah dihuni sejak lebih dari 1.200 tahun yang lalu, desa ini didirikan oleh leluhur masyarakat setempat yang berasal dari suku Ngada. Nama “Bena” diyakini berasal dari kata “Bea,” yang berarti tanah atau tempat.
Sebagai desa adat, Bena adalah pusat kehidupan spiritual dan budaya masyarakat Ngada yang sangat erat kaitannya dengan alam dan agama leluhur mereka, yang mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi mereka hingga saat ini.
Letak Geografis dan Keindahan Alam
Desa Bena terletak di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, sekitar 19 km selatan Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada. Kampung ini berada di puncak bukit dengan latar belakang Gunung Inerie yang menjulang tinggi. Keberadaannya di bawah gunung merupakan ciri khas masyarakat lama yang mempercayai dan memuja gunung sebagai tempatnya para dewa.
Dari atas bukit, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang memukau, dengan jejeran rumah adat yang tersusun rapi dan lanskap hijau yang menenangkan. Suasana sejuk dan asri menjadikan Desa Bena sebagai destinasi wisata budaya yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Struktur Sosial dan Sistem Adat
Desa Bena memiliki struktur sosial yang masih sangat tradisional, yang disebut dengan sistem “Moko”. Moko adalah semacam sistem tata kelola yang dipimpin oleh seorang kepala adat yang disebut “Raja Bena”. Kepala adat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keberlanjutan kehidupan sosial, adat, dan budaya di desa tersebut
Selain itu, Desa Bena dihuni oleh sembilan suku, yaitu Tizi Azi, Tizi Kae, Wato, Deru Lalulewa, Deru Solamai, Ngada, Khopa, Ago, dan Bena. Masing-masing suku memiliki peran dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam pelaksanaan upacara adat yang rutin dilaksanakan.
Arsitektur Rumah Adat Mbaru Niang
Salah satu daya tarik utama Desa Bena adalah rumah adatnya yang disebut Mbaru Niang. Rumah ini berbentuk kerucut dengan atap dari alang-alang dan dinding dari batu megalitik yang disusun tanpa menggunakan semen. Mbaru Niang memiliki filosofi sebagai tempat tinggal yang suci dan menjadi simbol keharmonisan antara manusia dan alam.
Di tengah kampung terdapat beberapa bangunan yang disebut bhaga dan ngadhu. Bangunan ini digunakan untuk tempat pelaksanaan upacara adat dan sebagai simbol dari leluhur perempuan dan laki-laki.
Desa Bena Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Bena
Kehidupan sehari-hari masyarakat Bena sangat erat kaitannya dengan alam dan tradisi. Kaum laki-laki mengelola kebun dengan menanam kakao, kemiri, dan cengkeh, sementara kaum perempuan lebih banyak menenun kain untuk dijual sebagai cenderamata kepada wisatawan yang banyak berkunjung ke tempat ini .
Selain itu, masyarakat Bena juga aktif dalam kerajinan tangan, seperti pembuatan kerajinan dari batok kelapa dan anyaman bambu. Produk-produk ini dijual di sekitar kampung dan menjadi sumber pendapatan tambahan bagi keluarga.
Desa Bena Upacara Adat dan Ritual Keagamaan
Upacara adat di Desa Bena merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat. Salah satu upacara yang terkenal adalah Pesta Adat Zoka, yang digelar empat hari empat malam untuk memperkuat persaudaraan sembilan anak suku Wolowea .
Selain itu, masyarakat Bena juga melakukan ritual-ritual tertentu sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam sekitar. Ritual ini biasanya dilaksanakan di bhaga dan ngadhu, dengan melibatkan seluruh anggota masyarakat sebagai wujud kebersamaan dan rasa syukur.
Desa Bena Wisata dan Potensi Ekonomi
Desa Bena telah ditetapkan sebagai desa wisata oleh pemerintah setempat. Hal ini bertujuan untuk melestarikan budaya dan tradisi masyarakat Bena, sekaligus meningkatkan perekonomian melalui sektor pariwisata. Wisatawan yang berkunjung dapat menikmati keindahan alam, belajar tentang budaya dan tradisi, serta membeli kerajinan tangan sebagai oleh-oleh
Pemerintah juga memberikan pelatihan kepada masyarakat dalam hal pengelolaan homestay, pembuatan suvenir, dan pelayanan wisata agar dapat memberikan pengalaman terbaik bagi pengunjung.
Desa Bena Tantangan dan Upaya Pelestarian
Meskipun Desa Bena memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata, namun ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya pelestarian budaya dan lingkungan. Salah satunya adalah perubahan iklim yang mempengaruhi pertanian dan ketersediaan sumber daya alam.
Untuk itu, masyarakat bersama pemerintah dan lembaga terkait berupaya melakukan berbagai langkah pelestarian, seperti penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan edukasi kepada generasi muda mengenai pentingnya menjaga warisan budaya.
Desa Bena merupakan contoh nyata dari keberagaman budaya Indonesia yang masih lestari hingga saat ini. Dengan keunikan arsitektur, kehidupan sosial yang harmonis, serta kearifan lokal yang dijunjung tinggi, Desa Bena menjadi destinasi wisata budaya yang patut dikunjungi. Melalui pelestarian dan pengembangan yang berkelanjutan, diharapkan Desa Bena dapat terus menjadi warisan budaya yang membanggakan bagi bangsa Indonesia.
Bagi Anda yang ingin merasakan pengalaman berbeda dan mendalam tentang budaya megalitikum, Desa Bena adalah tempat yang tepat untuk dikunjungi. Selamat menjelajah dan menikmati keindahan serta kearifan lokal Desa Bena
Temukan informasi lengkapnya Tentang: Travel
Baca Juga Artikel Berikut: Gunung Menoreh: Permata Alam yang Menyimpan Keindahan Jawa Tengah