Sudah lama saya punya mimpi mendaki Gunung Rinjani, gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Kerinci. Tapi entah kenapa, selalu tertunda. Kadang karena waktu, kadang karena kondisi fisik belum siap, atau kadang karena dana belum cukup. Sampai akhirnya, tahun lalu saya dan tiga teman memutuskan: “Sudah, ayo gas. Sekarang atau entah kapan lagi.”
Kami mulai menyusun rencana dengan matang. Latihan fisik, riset jalur, dan tentu saja, memesan guide lokal karena Rinjani bukan sembarang gunung. Dan saat akhirnya kaki saya menapakkan langkah pertama di jalur pendakian Sembalun, saya tahu ini akan jadi salah satu perjalanan paling berkesan dalam hidup saya.
Sekilas Tentang Gunung Rinjani
Gunung Rinjani berada di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan ketinggian diperkirakan sekitar 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani, yang luasnya lebih dari 41.000 hektar.
Yang membuat Rinjani istimewa bukan cuma tingginya, tapi kompleksitas lanskap dan kekayaan ekosistemnya: mulai dari padang sabana, danau kawah, air terjun, hingga hutan tropis yang dihuni berbagai flora dan fauna endemik.
Dan yang paling ikonik tentu saja: Segara Anak, danau kawah luas berwarna biru toska yang seolah jadi jantung spiritual gunung ini.
Persiapan Fisik dan Mental: Nggak Bisa Instan
Saya nggak akan bohong—Rinjani itu menantang. Kalau kamu baru pertama kali mendaki gunung tinggi, saya sarankan latihan dulu. Saya dan tim latihan cardio 2–3 kali seminggu, plus naik tangga sambil bawa beban 10 kg.
Persiapan kami juga termasuk:
-
Medical check-up ringan
-
Packing peralatan: jaket tebal, sepatu trekking, matras, ponco
-
Logistik makanan ringan tinggi kalori
-
Sewa porter dan guide lokal
Selain itu, mental juga harus disiapkan. Rinjani bukan untuk yang manja. Tapi buat saya, tantangannya justru jadi bagian dari kenikmatan.
Jalur Pendakian Gunung Rinjani: Sembalun vs Senaru
Ada dua jalur utama pendakian ke Gunung Rinjani:
1. Jalur Sembalun (1.150 mdpl)
Ini jalur yang kami ambil. Jalurnya panjang, terbuka, dan cukup panas karena banyak padang sabana. Tapi keuntungan utamanya: jalur ini lebih landai dan cocok buat summit attack. Biasanya pendaki mulai dari Sembalun, lalu turun lewat Senaru.
2. Jalur Senaru (600 mdpl)
Jalur ini lebih pendek tapi curam. Lewat hutan tropis dan banyak akar pohon. Kalau kamu suka suasana rimba, Senaru menyajikan pemandangan yang lebih hijau dan lembap.
Keduanya punya pesona masing-masing. Beberapa pendaki bahkan memilih jalur Timbanuh atau Aik Berik sebagai alternatif yang lebih sepi.
Hari Pertama: Sembalun – Plawangan Sembalun
Kami mulai dari Pos Registrasi Sembalun Gunung Rinjani. Setelah briefing dan berdoa bersama, kami mulai berjalan sekitar pukul 08.00. Trek awal adalah sabana panjang. Cantik, tapi panas menyengat. Untung saya bawa topi dan buff.
Perjalanan ke Pos 1 hingga Pos 3 relatif santai. Tapi begitu mulai mendaki ke Plawangan Sembalun (basecamp sebelum summit), tanjakannya luar biasa curam. Kami harus benar-benar mengatur napas dan irama.
Sekitar pukul 16.30, kami tiba di Plawangan dan langsung disambut pemandangan Segara Anak dari kejauhan dan langit sunset yang menakjubkan. Itu salah satu momen travel paling magis yang pernah saya alami.
Malamnya kami makan mi hangat, minum teh manis, dan tidur lebih awal untuk persiapan summit keesokan dini hari.
Summit Attack: Plawangan – Puncak Rinjani
Jam 2 pagi kami bangun. Dingin menggigit meski sudah pakai 3 lapis jaket. Jalur menuju puncak ini yang paling berat: pasir gunung vulkanik dan kerikil, bikin langkah sering mundur dua kali setelah maju satu kali.
Tapi… langit berbintang, siluet gunung di kejauhan, dan suara semangat dari pendaki lain membuat saya tetap bergerak.
Pukul 05.45, saya berdiri di Puncak Gunung Rinjani 3.726 mdpl. Rasanya campur aduk: bangga, lelah, terharu. Saya melihat awan di bawah, gunung-gunung kecil di kejauhan, dan matahari yang muncul perlahan.
Saya sempat menitikkan air mata. Karena bukan cuma soal ketinggian, tapi tentang perjuangan dan ketekunan.
Turun ke Danau Segara Anak Gunung Rinjani
Setelah turun ke Plawangan, kami lanjutkan perjalanan ke Danau Segara Anak. Jalur ini sangat curam dan licin. Tapi pemandangannya… luar biasa. Ketika danau biru kehijauan itu terlihat semakin dekat, hati rasanya melonjak.
Kami tiba sekitar pukul 14.00 dan langsung berendam di pemandian air panas alami (hot spring) yang ada di sisi danau. Rasa lelah langsung lumer. Airnya hangat, dan dipercaya bisa menyembuhkan pegal-pegal.
Malam di tepi danau sangat tenang. Kami makan nasi, ikan asin, dan sayur instan. Tidur sambil mendengarkan suara alam. Rasanya seperti mimpi.
Segara Anak: Spiritual dan Mitos Lokal
Segara Anak bukan sekadar danau. Bagi masyarakat lokal Gunung Rinjani, ini adalah tempat suci. Banyak warga Lombok yang datang untuk berdoa atau melepaskan persembahan. Konon katanya, danau ini adalah tempat bersemayamnya makhluk gaib penjaga gunung.
Saya tidak melihat apa-apa. Tapi suasananya memang magis. Ada rasa hormat yang muncul begitu saja saat berdiri di tepi danau. Banyak pendaki yang ikut menyisihkan waktu sejenak untuk diam, merenung, atau berdoa.
Jalur Turun Senaru: Hijau dan Mistis
Kami turun Gunung Rinjani lewat jalur Senaru, yang didominasi hutan lebat dan akar pohon. Ini jalur yang lebih lembap, kadang berkabut, dan terasa lebih “mistis.”
Di sini saya merasakan koneksi lebih dalam dengan alam. Kami berpapasan dengan monyet, burung, dan sesekali suara-suara aneh dari dalam rimba.
Perjalanan ini membutuhkan fokus ekstra karena tanahnya licin. Tapi pemandangan hijau subur dan suara gemericik sungai membuat jalur ini sangat menyegarkan.
Kami sampai di Pos Senaru sekitar pukul 16.00. Lelah? Banget. Tapi puasnya… tak terukur.
Tips dan Persiapan Buat Kamu yang Mau Mendaki Gunung Rinjani
Dari pengalaman ini, saya ingin berbagi beberapa tips penting:
-
Latihan fisik jauh-jauh hari, minimal 1 bulan sebelum
-
Gunakan sepatu khusus hiking yang sudah “pecah”
-
Jangan bawa beban terlalu berat
-
Bawa makanan ringan tinggi energi (coklat, granola)
-
Pakai layer baju supaya bisa menyesuaikan suhu
-
Hormati alam dan adat lokal – jangan teriak, jangan buang sampah
-
Gunakan jasa guide atau porter lokal – selain membantu, ini juga mendukung ekonomi warga
Kalau ingin tahu informasi resmi soal taman nasional dan izin pendakian, kamu bisa cek langsung ke Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), situs resmi dengan info rute, aturan terbaru, dan status jalur pendakian.
Gunung Rinjani di Mata Saya: Lebih dari Sekadar Gunung
Rinjani bukan hanya tempat wisata. Ia adalah gu ru yang mengajarkan banyak hal: tentang batas kemampuan, tentang menghargai alam, tentang kesabaran, dan tentang keindahan yang harus diperjuangkan.
Saya pulang ke rumah dengan kaki pegal, lutut ngilu, dan kulit terbakar matahari. Tapi hati saya terasa penuh. Dan saya tahu, saya pasti akan kembali suatu hari nanti.
Pura indah di Bali yang wajib dikunjungi: Pura Besakih Bali: Pusat Spiritual Terindah di Pulau Dewata