Hyde Park Indonesia: Oase ala London, Bukan Cuma Healing!

iJakarta, incatravel.co.id – Saya masih inget banget. Waktu scrolling di Instagram sambil rebahan, tiba-tiba muncul reels aesthetic bertuliskan “Hyde Park Indonesia.” Mata langsung berhenti, jempol nahan swipe. Wait, what? Hyde Park? Di Indonesia?

Awalnya saya kira itu semacam glamping site di Puncak yang sok-sok ala London. Tapi ternyata… salah besar. Setelah saya stalking beberapa akun travel creator, saya baru tahu bahwa Hyde Park Indonesia ini bukan cuma beneran ada, tapi juga mulai jadi magnet wisata urban bagi warga lokal dan turis domestik.

Dan karena penasaran, saya akhirnya ngunjungin langsung. Ternyata… wow, ini bukan cuma taman biasa. Ini adalah interpretasi tropikal dari taman ala Inggris, dengan suasana rapi, hijau banget, dan—yang paling penting—bikin napas tenang setelah sumpek dengan polusi kota.

Tapi sebelum kita kupas isi taman ini, mari kita luruskan dulu ya: Hyde Park Indonesia bukan cabang resmi dari Hyde Park London. Nama ini lebih ke inspirasi dan branding, tapi tetap punya karakter unik yang lokal banget.

Lokasinya pun strategis. Ada beberapa taman di Indonesia yang mengadopsi konsep ini, tapi yang paling viral saat ini adalah yang ada di Jabodetabek, tepatnya di kawasan BSD, Tangerang Selatan. Dan yes, taman ini mulai naik daun setelah banyak content creator menjadikannya backdrop konten.

Suasana Hyde Park Indonesia — Gabungan Alam, Arsitektur, dan Instagram

 Hyde Park Indonesia

Ketika pertama kali masuk ke area Hyde Park Indonesia, yang langsung terasa adalah satu kata: lega.

Kamu bakal disambut deretan pohon yang tertata apik di kanan-kiri, padang rumput luas yang boleh dipakai piknik (asalkan rapi, ya!), dan jalur pedestrian lebar yang dibatasi kanal-kanal kecil yang mengalir jernih. Suasananya benar-benar seperti taman kota impian.

Apa yang Bisa Kamu Temukan?

  1. Area Piknik dan Rumput Luas
    Ada zona piknik lengkap dengan bean bag rental dan spot dengan kanopi untuk duduk santai. Anak-anak, pasangan muda, bahkan anabul (iya, pet-friendly!) semua happy di sini.

  2. Taman Bergaya Eropa Tropikal
    Tanaman-tanaman berbunga disusun bergaya Inggris, tapi dengan adaptasi spesies tropikal. Ada juga beberapa spot bunga lavender yang jadi incaran buat foto aesthetic.

  3. Jalan Setapak untuk Jogging dan Bersepeda
    Jalur bersih, rapi, dan nyaman. Bahkan stroller dan kursi roda sangat ramah di sini.

  4. Mini Café dan Booth Jajanan Lokal
    Mau es kopi susu, kue pancong, atau teh artisan? Tinggal pilih. Tapi jangan kaget kalau harga sedikit lebih mahal dari kaki lima biasa.

  5. Instalasi Seni & Spot Foto
    Ada patung flamingo logam, gapura kayu dengan tanaman rambat, dan bahkan mural quotes yang lumayan filosofis. Cocok banget buat backdrop konten reels atau carousel IG kamu.

Yang saya suka? Semua tertata. Tidak ada motor ugal-ugalan, tidak ada warung tenda sembarangan, dan kebersihannya terjaga. Seperti taman yang ngerti banget anak kota butuh tempat nafas.

Siapa yang Suka Hyde Park Indonesia? Dari Ibu-Ibu Sampai Skateboarder!

Saya sempat ngobrol singkat dengan pengunjung saat duduk di atas matras sewaan. Namanya Lia, ibu dua anak dari Serpong. Katanya, setiap Minggu pagi, dia dan keluarganya ke sini buat “piknik tipis-tipis” karena lebih fresh daripada mal.

“Anak-anak bisa lari-larian, suami saya bisa ngopi sambil baca, saya bisa rebahan sambil denger podcast. Itu liburan murah meriah banget, tapi priceless,” katanya sambil tersenyum.

Di sisi lain taman, saya lihat sekelompok Gen Z main skateboard mini di jalur cor beton yang halus. Ada yang ngevlog, ada yang bawa tripod, ada juga yang cuma selonjoran sambil ngemil potato wedges dari booth food truck.

Ini bukan cuma taman untuk healing, tapi juga jadi ruang publik alternatif di mana gaya hidup urban, budaya digital, dan kebutuhan alam bersatu. Dari komunitas fotografi, klub yoga, hingga pasangan baru yang lagi cari prewedding spot—semua nemu ruangnya sendiri di Hyde Park Indonesia.

Dan jangan salah, taman ini juga sering jadi venue event lokal: mulai dari bazar UMKM, live acoustic, sampai open mic stand-up comedy! Waktu saya datang, lagi ada workshop “Urban Gardening untuk Pemula” di gazebo utara taman. Seru dan mendidik!

Tips Kunjungan ke Hyde Park Indonesia Biar Nggak Zonk dan Tetap Nyaman

 Hyde Park Indonesia

Oke, kamu mungkin sekarang udah mupeng pengen ke sana. Tapi tahan dulu. Biar pengalamanmu maksimal, saya rangkumkan beberapa tips pribadi yang saya kumpulkan selama dua kali kunjungan:

1. Datang Pagi atau Menjelang Sore

Taman ini masih minim peneduh tinggi, jadi siang bolong bisa lumayan panas. Paling enak datang antara jam 7–10 pagi atau 4–6 sore.

2. Bawa Tikar Sendiri Kalau Mau Hemat

Memang ada sewaan, tapi kalau bawa tikar sendiri, lebih hemat dan bisa langsung gelar tanpa antri.

3. Pakai Sepatu Nyaman

Karena luas banget, kalau niat explore seluruh area, pastikan alas kakimu nyaman dan ringan.

4. Siapkan E-Wallet

Hampir semua booth makanan dan minuman lebih mengutamakan pembayaran non-tunai. QRIS jadi primadona.

5. Toilet dan Tempat Sampah? Aman!

Toiletnya bersih dan cukup tersebar. Tempat sampah juga banyak, tapi yuk bantu jaga dengan buang sampah sesuai kategori.

6. Follow Instagram Resmi atau Cek Google Maps

Beberapa event dan jam operasional bisa berubah. Sebaiknya cek info real-time lewat akun resmi atau Google Maps review.

Oh ya, jangan lupa pakai sunscreen, terutama kalau kamu tipe yang kulitnya gampang gosong kayak saya.

Mengapa Hyde Park Indonesia Lebih dari Sekadar Taman?

Dari perspektif jurnalis yang udah meliput tempat-tempat publik dari taman hutan kota sampai rooftop restoran, saya bisa bilang: Hyde Park Indonesia adalah simbol perubahan.

Perubahan cara kita melihat ruang publik.

Perubahan arah lifestyle masyarakat urban yang kini semakin sadar akan kesehatan, koneksi sosial, dan hubungan dengan alam.

Dan yang paling penting, taman ini menjadi pengingat bahwa healing gak harus mahal. Gak harus ke Bali. Gak harus staycation fancy. Kadang, cukup hamparan rumput, cahaya sore, dan momen tenang bareng orang tersayang (atau diri sendiri).

Taman ini juga menunjukkan bahwa desain kota bisa lebih ramah, lebih kreatif, dan lebih berdampak sosial kalau dilakukan dengan niat dan estetika. Apalagi dengan konsep green urbanism yang makin relevan menghadapi krisis iklim.

Dan kalau boleh saya bilang jujur… kita butuh lebih banyak “Hyde Park Indonesia” di kota-kota lain.

Penutup: Hyde Park Indonesia Bukan London, Tapi Punya Pesona Sendiri

Jadi, Hyde Park Indonesia bukan cuma tempat piknik. Ia adalah ruang bernapas. Ia adalah panggung ekspresi a adalah wujud kecil dari apa yang bisa terjadi kalau kota memikirkan manusianya lebih dulu, bukan hanya beton dan mobil.

Apakah kamu akan merasa seperti di London? Mungkin tidak. Tapi kamu akan merasa disambut, dihargai, dan punya tempat untuk sekadar menjadi — tanpa tekanan, tanpa target.

Dan bagi saya, itu jauh lebih berharga.

Baca Juga Artikel dari: Cesky Krumlov: Kota Dongeng & Tips Seru

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Travel

Author