JAKARTA, incatravel.co.id – Di sebuah kawasan pegunungan tenang di selatan Jepang, terdapat jalan-jalan tua yang pernah dilalui oleh kaisar, biksu, dan peziarah selama lebih dari seribu tahun. Jalan itu bernama Kumano Kodo — bukan sekadar jalur trekking, tetapi sebuah pengalaman spiritual, budaya, dan alam yang menyatu dalam langkah kaki.
Terletak di Semenanjung Kii, Prefektur Wakayama, Kumano Kodo menghubungkan tiga kuil suci yang dikenal sebagai Kumano Sanzan: Kumano Hongu Taisha, Kumano Nachi Taisha, dan Kumano Hayatama Taisha. Kini, jalur ini tidak hanya menjadi tujuan spiritual, tetapi juga magnet bagi para pencinta alam, fotografer, dan wisatawan yang mencari sesuatu yang lebih dari sekadar destinasi.
Kumano Kodo dan status warisan dunia

Pada 2004, Kumano Kodo resmi diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO bersama dengan kawasan suci lain di Pegunungan Kii. Uniknya, Kumano Kodo adalah satu dari dua rute peziarahan di dunia yang mendapat status ini — satunya lagi adalah Camino de Santiago di Spanyol.
Pemerintah Jepang melestarikan jalan setapak, jembatan batu, torii kayu, serta rumah penginapan tradisional yang menjadi bagian dari rute ini. Bukan semata-mata untuk pariwisata, tetapi sebagai warisan sejarah spiritual yang masih hidup.
Rute populer Kumano Kodo dan pengalaman unik di tiap jalur
Ada beberapa jalur utama yang bisa dilalui, masing-masing menawarkan lanskap, tingkat kesulitan, dan nuansa yang berbeda:
1. Nakahechi Route (Paling Populer)
Rute ini dulunya digunakan para bangsawan Kyoto menuju Kumano Sanzan. Jalurnya dipenuhi hutan cedar, desa tradisional, dan onsen alami. Cocok untuk pejalan pemula hingga menengah.
2. Kohechi Route (Paling Menantang)
Menghubungkan Koyasan dan Kumano. Jalur ini melintasi empat gunung besar dan memerlukan stamina tinggi. Disarankan untuk pejalan berpengalaman.
3. Iseji Route
Menghubungkan Ise Jingu dengan Kumano. Cocok bagi mereka yang ingin menyambungkan dua situs paling sakral di Jepang.
4. Ohechi Route
Menyusuri garis pantai selatan Wakayama. Rute ini menawarkan pemandangan laut dan matahari terbit yang luar biasa.
5. Choishimichi Route
Jalur pendek menuju Koyasan dengan batu penanda (choishi) tiap 109 meter. Meditatif dan ideal untuk refleksi diri.
Setiap rute memungkinkan pejalan merasakan lanskap spiritual dan alami Jepang secara mendalam — dari kabut pagi yang menyelimuti hutan hingga suara gemericik sungai di antara bebatuan lumut.
Tips perjalanan dan persiapan menyusuri Kumano Kodo
Meski Kumano Kodo bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, tetap perlu persiapan yang matang agar perjalanan terasa aman dan berkesan.
1. Pilih rute sesuai kemampuan fisik
Beberapa rute bisa diselesaikan dalam setengah hari, tapi ada juga yang memakan waktu beberapa hari. Riset terlebih dahulu panjang, elevasi, dan akses logistiknya.
2. Gunakan alas kaki hiking yang nyaman
Sebagian besar jalur masih berupa jalan berbatu, tanah, dan akar pohon. Kenyamanan kaki sangat memengaruhi pengalaman.
3. Pesan akomodasi tradisional lebih awal
Minshuku dan ryokan (penginapan lokal) di sekitar Kumano memiliki kapasitas terbatas. Pesan lebih awal terutama di musim semi dan gugur.
4. Bawa botol air dan camilan ringan
Meski ada beberapa rest stop, jalur bisa sangat sunyi. Pastikan tetap terhidrasi dan punya energi saat berjalan.
5. Gunakan jasa pengangkutan bagasi
Beberapa rute menyediakan layanan pengangkutan koper dari penginapan ke penginapan, agar kamu bisa berjalan ringan.
6. Unduh peta offline dan panduan digital
Sinyal telepon kadang terbatas. Aplikasi Kumano Kodo Pilgrimage Maps bisa jadi panduan navigasi yang berguna.
Estimasi biaya dan durasi perjalanan
Biaya tergantung pada panjang rute dan tipe akomodasi yang dipilih. Berikut perkiraan kasar untuk rute Nakahechi 2 malam:
-
Akomodasi (2 malam, termasuk makan): ¥15,000–¥25,000
-
Transportasi dari Osaka/Kyoto: ¥5,000–¥8,000
-
Ongkos kirim bagasi (opsional): ¥1,000–¥2,000
-
Biaya masuk kuil (opsional): Gratis–¥500
-
Total estimasi: Sekitar ¥25,000–¥35,000 per orang
Durasi ideal untuk menikmati rute populer seperti Nakahechi adalah 3–4 hari. Tapi jika ingin pengalaman singkat, jalur 1 hari seperti Takijiri ke Chikatsuyu bisa dipertimbangkan.
Cerita peziarah: bukan sekadar perjalanan kaki
Banyak peziarah modern menyebut Kumano Kodo bukan sekadar tempat, tapi perjalanan dalam. “Awalnya saya ke sini karena penasaran hiking di Jepang. Tapi di hari ketiga, saat berjalan sendiri di hutan pinus berkabut, ada rasa damai yang tak bisa dijelaskan,” tulis seorang pelancong dalam buku tamu ryokan lokal.
Beberapa bahkan melakukan ziarah sebagai bentuk pemulihan diri — dari stres, kehilangan, atau pencarian makna hidup. Tidak ada ritual khusus, tapi setiap langkah terasa seperti doa diam-diam yang mengendap dalam tubuh.
Musim terbaik untuk menyusuri Kumano Kodo
-
Musim Semi (Maret–Mei): Bunga sakura mulai bermekaran di desa-desa sepanjang rute. Cuaca sejuk dan nyaman.
-
Musim Gugur (Oktober–November): Warna dedaunan berubah menjadi merah dan emas, menciptakan lanskap dramatis yang memukau.
-
Musim Panas (Juni–Agustus): Cukup lembap dan panas, tapi masih bisa dilalui. Pastikan hidrasi cukup.
-
Musim Dingin (Desember–Februari): Jalur bisa bersalju tipis. Kurang ideal bagi pemula, namun suasana sangat hening dan magis.
Kesimpulan: Kumano Kodo, perjalanan lintas waktu dan jiwa
Kumano Kodo bukan tempat yang sekadar dikunjungi, tetapi jalur yang dijalani. Ia mengundang kita melambat, merasakan napas bumi, dan menelusuri jejak ribuan peziarah terdahulu. Di tengah dunia yang bergerak cepat, Kumano Kodo menawarkan ruang untuk berhenti — dan mendengar suara diri sendiri dalam diam hutan dan bisik angin gunung.
Bagi siapa pun yang mencari kedamaian, tantangan fisik yang bersahabat, dan kisah spiritual yang menyentuh, Kumano Kodo akan menjadi perjalanan yang tak mudah dilupakan.
Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Travel
Baca juga artikel lainnya: Haedong Yonggungsa Temple: Keindahan Spiritualitas di Tepi Laut