Jakarta,. incatravel.co.id – Bagi sebagian orang, perjalanan ke makam Sunan bukan sekadar wisata, melainkan perjalanan batin.
Ada rasa khusyuk yang menyelimuti udara ketika langkah kaki memasuki area makam para wali.
Aroma dupa bercampur dengan wangi bunga melati, doa mengalun pelan, dan di antara keramaian, ada kedamaian yang sulit dijelaskan.
Wisata religi ke makam para Sunan — terutama anggota Wali Songo — telah menjadi tradisi turun-temurun di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Tak hanya sebagai bentuk penghormatan, ziarah ini juga menjadi media belajar sejarah Islam Nusantara, yang berkembang melalui pendekatan budaya dan kearifan lokal.
Bagi generasi muda, perjalanan ke makam Sunan bukan hanya napak tilas sejarah, tetapi juga pengalaman menemukan jati diri: memahami bagaimana agama, budaya, dan kemanusiaan bisa hidup berdampingan dalam harmoni.
Siapa Para Sunan dan Mengapa Dikenang?

Kata “Sunan” berasal dari “Susuhunan”, gelar kehormatan yang diberikan kepada tokoh-tokoh penyebar Islam di tanah Jawa.
Mereka dikenal sebagai Wali Songo — sembilan wali yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam melalui pendekatan budaya, pendidikan, dan seni.
Beberapa makam Sunan paling terkenal di Indonesia antara lain:
-
Sunan Ampel di Surabaya, pendiri pesantren pertama di Jawa Timur.
-
Sunan Giri di Gresik, pelopor pendidikan Islam berbasis masyarakat.
-
Sunan Bonang di Tuban, dikenal melalui dakwah lewat gamelan dan tembang Jawa.
-
Sunan Kalijaga di Demak, tokoh yang memadukan ajaran Islam dengan budaya lokal.
-
Sunan Gunung Jati di Cirebon, penyebar Islam di Jawa Barat yang juga berdiplomasi dengan kerajaan-kerajaan besar.
Setiap makam memiliki kisah, nuansa, dan pesan moral yang berbeda, tapi semuanya memancarkan nilai yang sama: Islam yang damai dan penuh toleransi.
Makam Sunan Sebagai Destinasi Wisata Religi
Ziarah ke makam para Sunan kini tak hanya dilakukan oleh peziarah spiritual, tapi juga oleh wisatawan umum yang tertarik dengan sejarah dan arsitektur.
Pemerintah daerah bahkan menjadikan makam Sunan sebagai bagian dari wisata religi nasional.
Beberapa area seperti Makam Sunan Ampel bahkan telah berkembang menjadi kawasan wisata lengkap dengan pasar religi, pusat oleh-oleh, hingga kuliner khas Jawa Timur.
Sementara di Demak, kompleks makam Sunan Kalijaga berdekatan dengan Masjid Agung Demak — simbol kejayaan Islam di masa kerajaan Demak Bintoro.
Namun, daya tarik makam Sunan tidak hanya pada bangunannya.
Suasana spiritual yang tenang, interaksi sosial antarpeziarah, hingga tradisi selamatan dan tahlilan membuat tempat-tempat ini terasa hidup.
Arsitektur dan Budaya di Balik Kompleks Makam
Salah satu hal yang paling menarik dari makam Sunan adalah arsitekturnya yang unik — perpaduan antara Islam, Hindu, dan budaya lokal Jawa.
a. Gapura dan Ukiran Jawa Kuno
Gerbang utama sering kali menyerupai bentuk candi dengan ukiran flora-fauna khas Majapahit.
Hal ini menunjukkan bahwa para Sunan tidak menghapus budaya lama, melainkan mengislamkannya dengan cara lembut.
b. Batu Nisan dan Kaligrafi Arab
Batu nisan di setiap makam menampilkan kaligrafi indah bertuliskan ayat Al-Qur’an.
Beberapa di antaranya dipahat oleh seniman lokal dengan gaya khas Jawa-Islam.
c. Pohon dan Alam Sekitar
Banyak makam dikelilingi pohon-pohon besar seperti beringin atau sawo kecik, simbol keteduhan dan perlindungan.
Bagi masyarakat, keberadaan pohon-pohon ini dianggap sakral — bukan karena mistis, tapi karena menjadi simbol kehidupan.
Arsitektur ini memperlihatkan bagaimana Islam di Jawa tumbuh dalam harmoni budaya, bukan dalam pertentangan.
Tradisi dan Ritual Ziarah
Bagi masyarakat Jawa, ziarah ke makam Sunan bukan sekadar ritual doa, melainkan juga sarana introspeksi diri.
Biasanya peziarah datang membawa bunga, dupa, dan air mawar. Mereka duduk tenang, membaca Yasin, tahlil, atau sekadar berdoa dalam diam.
Beberapa tradisi yang masih lestari antara lain:
-
Nyekar: Menabur bunga di atas makam sebagai simbol penghormatan.
-
Tahlilan Bersama: Membaca doa-doa pendek untuk mendoakan arwah Sunan dan keluarga.
-
Ngalap Berkah: Tradisi meminta restu atau inspirasi spiritual agar hidup mendapat kemudahan.
Namun yang perlu diingat, para Sunan sendiri mengajarkan bahwa ziarah bukanlah untuk meminta pada arwah, melainkan mengambil teladan dari perjuangan mereka.
Spiritnya adalah meneladani kebaikan, bukan menyembah tokoh.
Dampak Sosial dan Ekonomi dari Wisata Makam Sunan
Tak dapat dipungkiri, wisata religi ini membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Pedagang bunga, penjaja makanan, pemandu wisata, hingga pengrajin kaligrafi turut merasakan manfaat ekonomi dari arus peziarah.
Pemerintah daerah pun mulai menata kawasan makam agar lebih nyaman dan ramah pengunjung.
Beberapa lokasi kini memiliki area parkir luas, museum kecil, dan fasilitas ibadah yang memadai.
Namun lebih dari itu, keberadaan wisata makam Sunan juga menjadi sarana pelestarian budaya spiritual.
Anak muda kini kembali tertarik mempelajari sejarah Wali Songo, bahkan banyak komunitas ziarah milenial yang mendokumentasikan perjalanan mereka di media sosial dengan tagar seperti #ZiarahNusantara atau #WisataReligiJawa.
Fenomena ini membuktikan bahwa spiritualitas masih relevan di tengah era digital — hanya bentuk penyampaiannya yang berubah.
Tips Berziarah ke Makam Sunan
Agar perjalanan ziarah tetap khusyuk dan bermakna, berikut beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan:
-
Gunakan pakaian sopan dan rapi.
Ziarah adalah kegiatan spiritual, jadi hindari pakaian terbuka atau mencolok. -
Jaga kebersihan dan ketenangan.
Jangan berisik, buang sampah sembarangan, atau makan di area makam. -
Hormati budaya lokal.
Setiap makam memiliki aturan tersendiri — misalnya tidak boleh memotret area tertentu. -
Fokus pada doa, bukan ritual berlebihan.
Ingat bahwa tujuan utama adalah berdoa dan mengenang perjuangan Sunan, bukan mencari kekuatan gaib. -
Bawa air minum dan bunga seperlunya.
Tidak perlu berlebihan, karena yang penting adalah niat dan ketulusan.
Dengan sikap yang santun, ziarah ke makam Sunan akan menjadi pengalaman spiritual yang mendalam dan penuh makna.
Kesimpulan: Menapaki Jejak Spiritual yang Menyentuh Batin
Perjalanan ke makam Sunan adalah perjalanan lintas waktu — dari masa lalu yang penuh perjuangan hingga masa kini yang penuh refleksi.
Ia mengajarkan bahwa spiritualitas tidak harus megah; cukup sederhana, tapi tulus.
Makam Sunan bukan hanya tempat berdoa, tapi juga ruang belajar tentang bagaimana Islam tumbuh di Nusantara dengan wajah ramah dan inklusif.
Dalam diamnya nisan, kita menemukan pesan besar: bahwa dakwah sejati bukan soal kata, tapi teladan.
Jadi, bila Baginda suatu hari menjejakkan kaki ke makam para wali, hiruplah udaranya, dengarkan doanya, dan rasakan ketenangan yang mungkin tak ditemukan di tempat lain.
Karena di sana — di antara doa dan sejarah — tersimpan pelajaran tentang makna hidup, iman, dan perjalanan manusia menuju kebaikan.
Baca Juga Konten Dengan Artiikel Terkait Tentang: Travel
Baca Juga Artikel Dari: Wisata Rohani — Perjalanan Menemukan Ketenangan di Tengah Hiruk Pikuk Dunia