Jakarta, incatravel.co.id – Saya masih ingat pertama kali melihat Hongya Cave. Sore itu, langit Chongqing mendung tipis, kabut naik dari Sungai Jialing, dan bangunan bertingkat-tingkat dengan lampion merah menyala perlahan satu per satu. Sekilas, saya merasa seperti berdiri di tengah film Ghibli. Lebih spesifik lagi? Seperti tiba-tiba nyasar ke dunia Spirited Away.
Dan ternyata saya tidak sendirian.
Banyak wisatawan — dari backpacker milenial, keluarga, sampai travel vlogger — bilang hal yang sama: Hongya Cave bukan sekadar destinasi, tapi pengalaman imersif. Ia menyuguhkan pemandangan kota vertikal yang estetik, budaya Tiongkok tradisional yang masih hidup, dan suasana malam yang sulit dijelaskan dengan kata “keren” saja.
Satu hal yang perlu kamu tahu: Hongya Cave (洪崖洞) sebenarnya bukan gua seperti namanya. Ini adalah kompleks bangunan bergaya arsitektur stilt-house khas Bayu, dibangun di tebing dengan menghadap ke sungai, dan dibalut lampu-lampu neon serta dekorasi klasik. Lokasinya? Di jantung kota Chongqing, tapi rasanya seperti dunia lain.
Sejarah Singkat: Dari Desa Kuno ke Ikon Kota Paling Populer di TikTok
Hongya Cave bukan tempat baru, tapi cara kita melihatnya yang berubah.
Awalnya, kawasan ini hanyalah tebing curam dengan rumah-rumah kayu berdiri bertumpuk mengikuti kontur sungai. Konsepnya disebut Diaojiaolou, atau rumah panggung Tiongkok, yang dibangun setengah menggantung di tebing — untuk menghindari banjir sungai dan serangan binatang buas.
Kemudian, kawasan ini perlahan terbengkalai… hingga tahun 2006.
Pemerintah Chongqing melakukan revitalisasi besar-besaran, menggabungkan unsur modern dan tradisional. Bangunan-bangunan baru dibangun mengikuti gaya stilt-house, tapi kali ini berisi restoran, kafe, butik, dan hotel. Dan tentu saja, lampu-lampu yang membuat setiap sudut Instagramable — bahkan tanpa filter.
Sejak itulah Hongya Cave meledak. Pertama di media sosial lokal (Weibo, Xiaohongshu), lalu TikTok dan Instagram global. Banyak travel influencer menyebutnya sebagai “the real-life Spirited Away town”, meski Hayao Miyazaki sendiri belum pernah konfirmasi.
Fakta menarik: ada lebih dari 11 lantai di Hongya Cave, dan pintu masuk bisa dari atas atau bawah tergantung kamu datang dari mana. Naik turun lift atau tangga? Itu bagian dari petualangan.
Apa yang Bisa Kamu Lakukan di Hongya Cave? Banyak! Tapi Ini yang Wajib Banget
Kalau kamu pikir Hongya Cave cuma tempat buat foto-foto aesthetic, kamu salah besar. Kompleks ini punya berbagai aktivitas seru dan meaningful—baik buat solo traveler, pasangan, sampai keluarga.
1. Jalan-jalan di Pasar Tradisional
Di lantai bawah, kamu akan menemukan jalanan sempit bergaya kota tua Tiongkok. Banyak pedagang menjual camilan lokal seperti:
-
Tofu fermentasi (baunya kuat, tapi rasanya mantap)
-
Daging panggang bumbu mala
-
Mi Chongqing khas — super pedas, super legit
-
Teh bunga kering dan herbal lokal
Tip: Jangan takut menawar. Walau area ini turistik, banyak penjual lokal masih senang berinteraksi.
2. Ngopi (atau Ngeteh) di Rooftop Kafe
Lantai 9 ke atas punya beberapa hidden gem kafe dan bar rooftop. Dari sini kamu bisa lihat lampu kota Chongqing, sungai, dan lalu lintas multi-layer yang khas banget.
Contoh: The Bridge View Café, tempat populer yang selalu penuh menjelang senja. Mereka punya signature coffee bernama “Jialing Mist” — kopi susu dingin dengan foam teh bunga.
3. Foto-Foto Aesthetic di Spot Viral
Ada beberapa spot yang wajib masuk galeri:
-
Tangga kayu besar dengan lampion gantung
-
Pintu gerbang stilt-house yang dihiasi ukiran naga
-
Lift kaca yang tembus pandang dari lantai 1 ke 11
-
Lorong bawah tanah dengan mural sejarah Chongqing
Dan jangan lupa, pintu masuk Hongya Cave dari atas (akses langsung dari jalan raya) justru yang paling dramatis. Karena dari luar, kamu melihat keseluruhan struktur yang menggantung di tebing.
4. Menginap di Dalam Hongya Cave
Yes, beberapa hotel boutique kecil ada di dalam struktur bangunan ini. Kalau kamu ingin pengalaman menyatu total dengan atmosfernya — bangun dengan pemandangan sungai dan suara ramai pasar pagi — ini pilihan terbaik.
Waktu Terbaik Berkunjung dan Tips dari Traveler Lokal
Kapan sih waktu paling ideal untuk mengunjungi Hongya Cave?
Musim dan Cuaca
-
Musim semi (Maret–Mei) dan musim gugur (September–November) adalah waktu paling nyaman.
-
Musim panas bisa panas dan lembap (Chongqing itu kota sauna), tapi justru saat itulah lampu malam paling cantik karena langit jernih.
Waktu Kunjungan Ideal
-
Pagi hari: suasana tenang, cocok buat eksplor arsitektur dan sarapan lokal.
-
Malam hari (6 PM ke atas): saat Hongya Cave benar-benar bersinar. Lampion menyala, musik jalanan mulai, suasana magis dimulai.
Pro Tip:
-
Datang sebelum gelap, lalu tunggu lampu dinyalakan pelan-pelan. Proses ini sendiri jadi pengalaman unik.
-
Pakai sepatu nyaman, karena kamu bakal banyak naik-turun tangga dan jalan di batuan licin.
-
Kalau bawa koper besar, simpan dulu di loker atau hotel. Hongya Cave bukan tempat friendly untuk travel bag besar.
Hongya Cave Sebagai Simbol: Arsitektur, Budaya, dan Masa Depan Pariwisata Kota
Mengapa Hongya Cave begitu menarik?
Karena ia adalah contoh bagaimana kota modern bisa merangkul masa lalu tanpa menghapus identitasnya. Di tengah ekspansi besar-besaran Chongqing sebagai kota industri dan teknologi, Hongya Cave berdiri sebagai pengingat: bahwa budaya lokal, keindahan visual tradisional, dan komunitas masih bisa hidup berdampingan dengan modernitas.
Bagi banyak pengunjung, tempat ini bukan sekadar “lokasi keren buat foto.” Tapi:
-
Tempat pertama mereka mencoba mi super pedas khas Chongqing
-
Tempat pertama mereka merasa “wow, Cina punya sisi magis dan romantis juga”
-
Bahkan, untuk beberapa pasangan, tempat mereka lamaran (ya, ini beneran!)
Dan mungkin itulah kekuatan sejati Hongya Cave: ia tidak hanya menunjukkan apa yang bisa dibangun dari kayu dan beton, tapi apa yang bisa dirasakan dari suasana, cahaya, dan cerita.
Penutup: Sebuah Lorong Menuju Imajinasi dan Kenangan
Kalau kamu pernah bertanya-tanya, “masih adakah tempat di dunia ini yang terasa seperti dongeng tapi nyata?” — maka Hongya Cave adalah salah satu jawabannya.
Ia mengajakmu naik turun realitas dan mimpi, menyelami masa lalu lewat arsitektur kayu, dan membiarkan dirimu tenggelam dalam lampu merah kecil yang berkedip di tengah malam.
Dan setelah kamu pulang, mungkin kamu tak akan mengingat semua nama toko atau rasa camilan… tapi kamu akan ingat perasaan itu. Saat kamu berdiri di lorong kayu dengan lampion berayun pelan, dan berpikir: “apa ini dunia nyata?”
Jawabannya: iya. Tapi rasanya, seperti mimpi yang nggak ingin kamu bangun.
Baca Juga Artikel dari: Acropolis: Keajaiban Yunani yang Menyentuh Jiwa
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Travel