Victoria Falls Saya masih ingat betul kapan pertama kali dengar tentang Victoria Falls. Saat itu saya sedang nonton dokumenter alam di YouTube, dan langsung takjub dengan suara gemuruh air terjun yang katanya bisa terdengar dari jarak 40 km! Gila banget, kan?
Dari situlah saya mulai baca-baca lebih dalam. Ternyata Victoria Falls ini terletak di perbatasan Zambia dan Zimbabwe, dan dikenal juga sebagai Mosi-oa-Tunya yang berarti “asap yang menggelegar”. Nama itu benar-benar mewakili pengalamannya, karena begitu sampai di sana, saya langsung paham maksudnya. Kabut air naik tinggi ke langit, seolah-olah asap dari bumi ke surga.
Sebenarnya awalnya saya agak ragu sih. Zambia bukan negara yang familiar buat saya. Tapi justru itu yang bikin penasaran. Dan begitu niat sudah bulat, saya langsung mulai riset mendalam — dari rute perjalanan, akomodasi, sampai musim terbaik untuk berkunjung.
Kenapa Harus ke Sisi Zambia? Ini Dia Alasannya!
Travel ini Banyak orang bingung mau ke sisi Zambia atau Zimbabwe. Saya pun dulu sempat dilema. Tapi akhirnya saya pilih Zambia, dan jujur nggak nyesel sama sekali.
Kenapa? Pertama, Zambia menawarkan pengalaman yang lebih tenang dan eksklusif. Meskipun sisi Zimbabwe menawarkan pemandangan yang lebih luas dari air terjun, di sisi Zambia kamu bisa berinteraksi lebih dekat. Bahkan, kalau musim kering, kamu bisa berjalan kaki di dasar air terjun. Iya, beneran jalan kaki! Rasanya kayak masuk dunia lain, antara kagum dan takut campur jadi satu.
Selain itu, Zambia juga punya Devil’s Pool kolam alami di tepi tebing air terjun. Meski sempat deg-degan, saya dingdongtogel akhirnya nyobain juga. Dan itu mungkin salah satu pengalaman paling ekstrim dalam hidup saya. Berdiri di tepi air terjun setinggi 100 meter? Ngeri-ngeri sedap!
Waktu Terbaik ke Victoria Falls: Jangan Sampai Salah Musim!
Ini penting banget. Saya hampir datang di musim yang salah, dan itu bisa bikin pengalaman berkurang banyak. Jadi, biar kamu nggak mengulangi kesalahan saya, catat baik-baik soal musim di Victoria Falls.
Kalau kamu mau lihat air terjun dalam kondisi paling megah, datanglah antara Februari sampai Mei. Airnya melimpah dan kabutnya luar biasa tebal. Tapi justru karena itu, pemandangan bisa tertutup kabut.
Nah, saya sendiri datang bulan Agustus. Airnya memang tidak sederas musim puncak, tapi itu justru memberi keuntungan. Saya bisa melihat dinding batu di balik tirai air, dan Devil’s Pool pun aman untuk dikunjungi. Jadi tergantung prioritas kamu, ya.
Jangan lupa juga, Zambia itu panas dan lembab. Pastikan kamu bawa baju yang ringan, topi, dan tentu saja sunblock. Satu kesalahan saya adalah lupa bawa alas kaki yang tahan air. Waduh, seharian jalan dengan sepatu basah tuh nyiksa banget.
Cara Menuju Victoria Falls: Petualangan Dimulai dari Bandara
Saya terbang dari Nairobi ke Livingstone Airport di Zambia, yang jadi pintu masuk utama ke Victoria Falls dari sisi Zambia. Bandara ini kecil tapi cukup rapi. Setelah urusan visa selesai — kamu bisa dapat visa on arrival untuk turis — saya langsung dijemput oleh pengelola penginapan.
Tips penting di sini: kalau bisa, pesan penginapan yang menyediakan antar-jemput. Selain lebih aman, kamu juga bisa dapat informasi tambahan dari sopir lokal yang biasanya ramah dan informatif banget.
Kalau kamu suka backpackeran, bisa juga naik bus dari Lusaka, ibu kota Zambia. Tapi siap-siap ya, perjalanan bisa makan waktu lebih dari 6 jam di jalanan yang kadang nggak mulus.
Penginapan di Livingstone: Dari Hostel Sampai Lodge Mewah
Buat kamu yang pengin hemat, Fawlty Towers adalah pilihan tepat. Hostel ini punya suasana santai, kolam renang kecil, dan tur harian yang bisa langsung kamu booking di resepsionis.
Saya pribadi waktu itu pilih Maramba River Lodge karena pengin dapat vibe alam yang lebih terasa. Tidur di tenda semi-luxury sambil dengar suara alam itu priceless banget. Malamnya bahkan saya sempat lihat gajah melintas di seberang sungai dari balkon saya.
Harga? Ya, relatif. Tapi kalau dibandingin dengan pengalaman yang kamu dapat, menurut saya worth it banget. Apalagi breakfast-nya enak dan staff-nya ramah.
Aktivitas Wajib di Victoria Falls: Jangan Sampai Cuma Foto-foto!
Kalau kamu pikir datang ke Victoria Falls cuma buat selfie, duh rugi banget. Banyak banget aktivitas yang bisa kamu lakukan, dan beberapa di antaranya bener-bener bikin jantung berdebar.
Pertama tentu saja Devil’s Pool. Aktivitas ini cuma tersedia di musim kering (sekitar Agustus sampai Desember), dan harus didampingi pemandu resmi.
Lalu ada juga rafting di Sungai Zambezi. Ini sih gila! Saya belum pernah rafting seintens itu. Arusnya liar dan pemandangannya luar biasa. Beberapa bagian sungai punya grade 5, salah satu tingkat kesulitan tertinggi di dunia.
Selain itu, kamu bisa naik helikopter buat lihat air terjun dari atas. Harganya lumayan, tapi view-nya bikin melongo. Oh ya, jangan lupa sunset cruise di Zambezi River. Ini versi santainya, sambil minum dan lihat matahari tenggelam perlahan.
Tips Fotografi di Victoria Falls: Siapkan Kamera Tahan Air!
Satu hal yang langsung saya pelajari dari pengalaman ini: jangan pernah datang ke Victoria Falls tanpa pelindung kamera. Kabut air di sana luar biasa deras, apalagi di musim hujan. Kamera saya sempat hampir rusak karena lupa masukkan ke dry bag.
Kalau kamu pakai HP, minimal pasang casing tahan air. Dan waktu terbaik buat ambil foto biasanya pagi atau sore, ketika cahaya matahari menyamping dan bisa menciptakan pelangi di kabut air. Cantik banget, asli!
Kalau kamu suka videografi, coba juga rekam slow motion waktu air jatuh ke dasar jurang. Efek dramatisnya bikin merinding.
Sisi Lain Victoria Falls: Kehidupan Lokal dan Budaya Zambia
Satu hal yang sering dilupakan turis adalah mengenal kehidupan lokal. Padahal, di kota Livingstone, kamu bisa banyak belajar tentang budaya Zambia yang hangat dan bersahabat.
Saya sempat ikut cultural tour ke desa Mukuni. Di sana saya belajar cara membuat kerajinan tangan lokal dan bahkan diajari menumbuk jagung ala tradisional. Warga lokal sangat ramah dan terbuka, bahkan anak-anak di sana senang diajak ngobrol.
Mereka juga cerita gimana mereka hidup berdampingan dengan alam liar. Beberapa bahkan pernah melihat singa melintas di sekitar ladang, meskipun jarang.
Pengalaman ini bikin saya sadar kalau perjalanan bukan cuma tentang destinasi, tapi juga tentang orang-orang yang kita temui di sepanjang jalan.
Kesalahan yang Saya Lakukan: Jangan Ulangi Ini Ya!
Nggak semua hal berjalan lancar. Bahkan ada beberapa momen yang bikin saya merasa “Aduh, kenapa sih nggak kepikiran dari awal?”
Pertama, saya terlalu fokus pada pemandangan, sampai lupa cek asuransi perjalanan yang mencakup aktivitas ekstrem seperti rafting dan Devil’s Pool. Untung nggak kejadian apa-apa, tapi itu jelas risky.
Kedua, saya kurang siap untuk kondisi basah. Seharusnya saya bawa sandal gunung dan tas waterproof. Sepatu saya basah kuyup dua hari penuh dan itu bikin kaki lecet. Pelajaran besar buat saya pribadi: persiapan kecil bisa menyelamatkan hari besar.
Pelajaran yang Saya Petik dari Perjalanan ke Victoria Falls
Kalau saya bisa simpulkan, perjalanan ini bukan cuma tentang mengejar keindahan alam. Ini tentang melampaui batas pribadi, mengatasi rasa takut, dan membuka diri terhadap dunia luar.
Saya jadi lebih berani, lebih sadar bahwa dunia itu luas banget, dan setiap tempat punya cerita unik. Zambia mungkin bukan tujuan mainstream, tapi justru karena itu ia menyimpan keajaiban yang jarang ditemukan.
Dan saya rasa, ketika kita memilih untuk sedikit keluar jalur, kita justru menemukan versi terbaik dari petualangan kita.
Worth It Nggak ke Victoria Falls Zambia?
Jawaban saya: 100% worth it. Bahkan saya merasa ini salah satu perjalanan terbaik dalam hidup saya. Kombinasi antara keindahan alam, aktivitas seru, dan interaksi budaya lokal bikin pengalaman ini lengkap.
Kalau kamu suka alam, petualangan, dan nggak takut kotor sedikit, maka Victoria Falls Zambia wajib masuk daftar destinasi impian kamu. Tapi ingat ya, jangan cuma datang untuk foto-foto. Rasakan, alami, dan bawa pulang cerita.
Baca Juga Artikel Berikut: Air Terjun Sipiso-piso: Keajaiban Alam Tersembunyi